Rabu, 21 April 2010

Kasus Implementasi Sistem

Disebuah perusahaan sebut saja PT.Fian, mengadakan pelatihan khusus untuk menginput data keuangan agar perusahaan itu menjadi perusahaan dengan akses komputerisasi penuh. Komputerisasi penuh disini adalah agar setiap karyawan kerja menggunakan komputer, sehingga tidak perlu mencatat data keuangan seperti jurnal hingga ke laporan keuangan secara manual. Dalam pelatihan itu diperlukan perangkat lunak proses keuangan, dimana meliputi penginputan, perhitungan serta pengoutputan data keuangan.

Dapat kita jelaskan implementasi sistem yang merupakan tahap akhir dalam siklus hidup pengembangan sistem (SDLC). Hal-hal pokok yang harus disediakan sebelum implementasi adalah:

A. Persiapan Tempat

a. Perencanaan Fisik:

Tata letak (layout) yang disediakan adalah jarak antar komputer yang tidak terlalu dekat disertai kursi sehingga peserta dan pembicara nyaman, jam yang berada dibelakang peserta sehingga tidak mengganggu pikiran peserta serta pintu masuk yang berada dibelakang dan infocus yang berada disebelah pembicara dan papan tulis yang berada di samping belakang pembicara untuk memudahkan pengajaran.

b. Fasilitas:

Fasilitas yang perlu disediakan adalah komputer, meja, kursi, jam, listrik, AC, ventilasi yang cukup, penerangan yang cukup, infocus, rak penyimpanan tas serta sepatu, papan tulis serta perlengkapan furnitur lainnya.

B. Pelatihan Personel

Dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan personel serta memudahkan penerimaan mereka terhadap sistem baru.

Kelompok-kelompok yang diberikan pelatihan antara lain:

1. Personel Teknis
Merupakan orang-orang yang nantinya akan mengoperasikan serta memelihara sistem, sehingga tidak perlu memanggil orang khusus apabila terjadi kerusakan yang bisa di tangani dalam segi perangkat lunak.

2. Pegawai
Merupakan orang yang nantinya berinteraksi langsung dengan penggunaan perangkat lunak.

3. Manager Umum
Tentunya manager yang membutuhkan data keuangan.

4. Orang Luar Perusahaan
Merupakan orang-orang yang nantinya akan menanamkan investasi pada perusahaan ini, sehingga mereka tahu bagaimana kemajuan perusahaan yang mereka tanam sahamnya.

B.1. Program Pelatihan
Pelatihan dapat dilakukan secara tutorial atau kelas meliputi:
1. Pelatihan in-house
2. Pelatihan yang disediakan vendor
3. Pelatihan jasa luar

Pada sistem ini dipilih program pelatihan yang disediakan vendor, karena perusahaan membeli atau membuat sistem ini di suatu perusahaan informatika, sehingga pembicaranya adalah orang yang membuat sistem ini. Sehingga peserta bisa langsung bertanya-tanya tentang sistem ini.

B.2. teknik dan Alat Bantu Pelatihan

1. Teleconferencing
pada sistem ini, tidak menggunakan teleconferencing, karena semua peserta datang ketempat yang telah diberikan

2. Perangkat lunak pelatihan interaktif
perangkat-perangkat yang dibutuhkan adalah:

a. Computer Based Training (CBT)
mikrokomputer untuk memberikan pedaman kepada pemakai melalui serangkaian pelajaran yang efektif dan mudah dipelajari serta mempunyai fasilitas mencegah kesalahan.

b. Audio-Based Training
Sistem ini memerlukan akses ke cassette player, tetapi hanya komputer.

c. Video-Based Training
Sistem ini juga tidak memerlukan akses ke TV, VCR, tetapi hanya komputer.

d. video Optical Disk
Dapat disebut juga video interaktif, menggunakan CD-ROM untuk mengantarkan materi yang direkam sebelumnya ke monitor yang menghubungkan ke komputer.

3. Pelatihan dengan instruktur
Sistem ini menggunakan instruktur dari vendor, sehingga tidak memerlukan biaya yang cukup mahal, dikarenakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh vendor kepada pelanggan.

4. Pelatihan magang
Pada sistem ini tidak diperlukan pelatihan magang, karena sudah dilatih oleh seorang instruktur.

5. Manual prosedur
Diperlukan, sebagai bantuan apabila peserta sewaktu-waktu lupa dengan salah satu pengoperasiannya.

6. Buku teks
Diperlukan untuk berjaga-jaga, sehingga pada pelatihan selanjutnya untuk karyawan baru tidak perlu memanggil instruktur lagi.

Selasa, 06 April 2010

Sistem Komunikasi Data Pada Berbagai Perangkat Dengan Infra Merah

Sinar Infra Merah

Infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang gelombangnyalebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan dengan spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spectrum elektromagnet dengan panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun radiasi panas yang ditimbulkannya masih terasa/dideteksi. Infra merah dapat dibedakan menjadi tiga daerah yakni:

Near Infra Merah………………0.75 - 1.5 µm

Mid Infra Merah..……………...1.50 - 10 µm

Far Infra Merah……………….10 - 100 µm

Contoh aplikasi sederhana untuk far infra red adalah terdapat pada alat – alat kesehatan. Sedangkan untuk mid infra red ada pada alat ini untuk sensor alarm biasa, sedangkan near infra red digunakan untuk pencitraan pandangan malam seperti pada nightscoop. Penggunaan infra merah sebagai media transmisi data mulai diaplikasikan pada berbagai perlatan seperti televisi, handphone sampai pada transfer data pada PC. Media infra merah ini dapat digunakan baik untuk kontrol aplikasi lain maupun transmisi data. Sifat-sifat cahaya infra merah:

1. tidak tampak manusia

2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang

3. dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas

Komunikasi Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra merah sebagai pemancar dan modul penerima infra merah sebagai penerimanya. Untuk jarak yang cukup jauh, kurang lebih tiga sampai lima meter, pancaran data infra merah harus dimodulasikan terlebih dahulu untuk menghindari kerusakkan data akibat noise.

modulasi sinyal infra merah.jpg

Untuk transmisi data yang menggunakan media udara sebagai media perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier sekitar 30KHz sampai dengan 40KHz. Infra merah yang dipancarkan melalui udara ini paling efektif jika menggunakan sinyal carrier yang mempunyai frekuensi di atas. Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Proses modulasi dilakukan dengan mengubah kondisi logika 0 dan 1 menjadi kondisi ada dan tidak ada sinyal carrier infra merah yang berkisar antara 30KHz sampai 40 KHz. Pada komunikasi data serial, kondisi idle (tidak ada transmisi data) adalah merupakan logika ‘0’, sedangkan pada komunikasi infra merah kondisi idle adalah kondisi tidak adanya sinyal carrier. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi pemborosan daya pada saat tidak terjadi transmisi data.

timing diagram infra merah.jpg

Sistem Transmisi Infra Merah

Semua remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi 30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting yaitu : ‘space’ yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan ‘pulse’ yang menyatakan ada sinyal carrier seperti pada gambar di bawah ini

pulse-space terminologi.jpg

Untuk transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk pulsapulsa. Ketika sebuah tombol ditekan pada remote kontrol maka IR akan mentransmitkan sebuah sinyal yang akan dideteksi sebagai urutan data biner. Led infra merah adalah jenis dioda yang memencarkan cahaya infra merah, aplikasi sederhana penggunaan led infra merah ini adalah pada remote TV. Led infra merah pada dasarnya adalah dioda PN silicon biasa yang dikemas dalam kotak transparan. Sinar infra merah dihasilkan dari pertemuan Arsenida Galium pada led infra merah yang diberikan tegangan listrik. Led infra merah merupakan salah satu komponen elektronika yang akan mengantar arus jika dialiri bias maju. Led infra merah terbuat dari bahan Arsenida gelium atau Fosfida Galium (GaAS atau Gap), dan ditempatkan dalam suatu wadah yang tembus pandang. Untuk membedakan antara katoda dan anodanya dapat dilihat dari bentuk elektrodanya yang besar adalah katoda. Material yang digunakan dalam konstruksi led akan menentukan jenis cahaya yang diradiasikan. Apakah cahaya tampak atau cahaya tidak tampak. Sebagai contoh material GaAlAs menghasilkan cahaya infra merah (cahaya tidak tampak), sedangkan GaAsP menghasilkan cahaya tampak merah. Pada sistem ada dua jenis led yang digunakan yaitu sebagai indikator dan juga sebagai komponen pengirim cahaya infra merah. Berikut rangkaian pengirim infra merah:

rangkaian pengirim infra merah.jpg

Sistem Penerima Infra Merah

Sinar infra merah yang dipancarkan oleh pemancar infra merah tentunya mempunyai aturan tertentu agar data yang dipancarkan dapat diterima dengan baik di penerima. Oleh karena itu baik di pengirim infra merah maupun penerima infra merah harus mempunyai aturan yang sama dalam mentransmisikan (bagian pengirim) dan menerima sinyal tersebut kemudian mendekodekannya kembali menjadi data biner (bagian penerima). Komponen yang dapat menerima infra merah ini merupakan komponen yang peka cahaya yang dapat berupa dioda (photodioda) atau transistor (phototransistor). Komponen ini akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinyal infra merah sebanyak mungkin sehingga pulsapulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik. Pada perangkat ini detektor cahaya yang digunakan adalah komponen TSOP4838, dimana pada komponen ini sudah terdapat filter. Jadi detektor ini akan bekerja dengan baik jika terdapat frekuensi 38KHz.


rangkaian penerima infra merah.jpg

Pada prakteknya sinyal infra merah yang diterima intensitasnya sangat kecil sehingga perlu dikuatkan. Kekuatan sinar dan sudut datang merupakan faktor penting dalam keberhasilan transmisi data melalui infra merah selain filter dan penguatan pada bagian penerimanya. Selain itu agar tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekuensi sinyal carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Selanjutnya baik photodioda maupun phototransistor disebut sebagai photodetector. Dalam penerimaan infra merah, sinyal ini merupakan sinyal infra merah yang termodulasi. Pemodulasian sinyal data dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu akan dapat memperjauh transmisi data sinyal infra merah. Semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga semakin besar pula. Suatu penerima pada sistem komunikasi cahaya harus memenuhi syarat antara lain:

1) Sensitivitas yang tinggi. Karena detektor cahaya digunakan pada suatu panjang gelombang tertentu, maka sensitivitas tertinggi terdapat pada daerah panjang gelombang yang dimaksud.

2) Respon waktu yang cepat, hal ini dimaksudkan agar sistem dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi yang akan meningkatkan efisiensi sistem komunikasi.

3) Noise internal yang dibangkitkan detektor harus sekecil mungkin.

4) Harga yang murah dan juga mempunyai keandalan yang tinggi

AGEAK RAPORTE BERMANO_611050031

PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM PENGONTROL LAMPU DAN PENDETEKSI ORANG DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C52

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI



1. SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM

Siklus hidup pengembangan sistem adalah serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi. Siklus hidup pengembangan sistem ini terbagi atas enam fase, yaitu :
1. Perencanaan sistem
2. Analisis sistem
3. Perancangan sistem secara umum (konseptual)
4. Evaluasi dan seleksi sistem
5. Perancangan sistem secara detail
6. Implementasi sistem

1.1 FASE AWAL PENGEMBANGAN SISTEM

Fase awal pengembangan sistem menampilkan aspek-aspek konseptual pengembangan sistem yang mengutamakan kemampuan pemakai dalam mengoperasikannya (user driven). Fase awal terdiri dari :
1. Perencanaan sistem
2. Analisis sistem
3. Perancangan sistem secara umum/konseptual
4. Evaluasi dan seleksi sistem

1.1.1 Fase Perencanaan Sistem

1.1.1.1 Latar Belakang Pengembangan Sistem

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi di negara-negara yang berkembang termasuk Indonesia, maka diperlukan suatu sistem yang membantu proses distribusi barang secara efektif dan efisien, terutama dalam bidang komputerisasi. Perkembangan komputer dewasa ini terasa semakin pesat seiring dengan kebutuhan kita yang semakin kompleks. Dimana kemajuan tersebut dapat dilihat dari telah banyak perusahaan berskala kecil hingga yang berskala besar diberbagai bidang yang menggunakan sistem terkomputerisasi untuk melaksanakan berbagai pekerjaan secara cepat dan dengan ketelitian yang tinggi.

Semakin banyak perusahaan yang menggunakan sistem komputerisasi diharapkan dapat meminimalkan kesalahan yang dibuat oleh manusia sehingga mengurangi kerugian yang besar. Sebagai contoh perusahaan berskala kecil yang ingin menerapkan sistem terkomputerisasi adalah Toko Kue Minami. Selama ini Toko Kue Minami menggunakan cara manual di dalam sistem penjualan. Sebagai salah satu contoh, untuk membuat laporan harus mengumpulkan semua berkas yang ada. Biasanya berkas tersebut berupa kertas. Sehingga mengakibatkan pemrosesan data yang lambat.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem terkomputerisasi sehingga data yang didapat lebih efektif dan efisien. Serta dapat mengefisienkan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut secara cepat dan akurat.

1.1.1.2 Tujuan Pengembangan Sistem

Tujuan dari pengembangan sistem ini adalah menghasilkan pemrosesan data yang lebih cepat serta memudahkan dalam pengelolaan manajemen pada Toko Kue Minami.

1.1.1.3 Batasan Masalah

Dalam pengembangan sistem ini, penulis membatasi masalah hanya akan membahas penginputan stok kue, konsumen, data penjualan sampai dengan pembuatan laporan.

1.1.1.4 Studi Faktor Kelayakan

o Kelayakan Teknis
Secara teknis sistem ini tidak terlalu membutuhkan komputer dengan spesifikasi yang tinggi. Dalam mengoperasikan atau menjalankan sistem ini hanya membutuhkan teknologi komputer yang standar seperti :
OS Windows XP
128MB RAM
40GB HDD
VGA 64MB

o Kelayakan Ekonomis
Sistem ini mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena tidak terlalu berorientasi pada hardware yang canggih dan operator yang mempunyai keahlian khusus, jadi banyak biaya yang dapat dikurangi dengan memakai sistem ini.

o Kelayakan Legal
Sistem ini tidak menimbulkan konflik yang berarti sebab data yang akan disimpan dalam database semata-mata hanya berupa informasi yang berguna bagi perusahaan saja. Sehingga akses dan penyebaran data yang tidak sah tidak akan menyebabkan perusahaan menjadi sasaran tuntutan hukum. Namun, bukan berarti sistem keamanan dalam database ini tidak terjaga.

o Kelayakan Operasional
Sistem ini cukup mudah untuk digunakan sehingga tidak dibutuhkan keahlian khusus dalam mengoperasikan sistem ini. Operator cukup diberikan training cara menggunakan sistem ini. Dengan adanya sistem ini membuat proses penjualan dan pembuatan laporan keuangan semakin efektif dan efisien.

o Kelayakan Rencana
Sistem ini dapat direalisasikan dalam jangka waktu kurang dari 1 bulan, sebab perusahaan sangat membutuhkan sistem ini demi kelancaran usahanya.

1.1.1.5 Studi Faktor Strategis

o Produktifitas
Sistem ini mampu maningkatkan produktivitas penjualan dan kegiatan kerja pegawai. Sehingga pembeli mendapatkan pelayanan yang cepat dan akurat, serta membantu pegawai dalam membuat laporan penjualan.

o Differensiasi
Sistem ini akan terhubung ke dalam database yang berisi stok dan daftar harga. Ini akan menyebabkan pegawai tidak perlu memasukan data harga, sehingga hasil perhitungan akan lebih akurat. Selain itu, pelayanan yang diberikan akan lebih cepat dan biaya yang diperlukan lebih rendah.

o Manajemen
Dengan menggunakan sistem ini, akan dihasilkan laporan yang akurat dan ringkas. Sehingga informasi yang tersedia akan sangat membantu manajer dalam merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan.

DFD







Entity Relationship Diagram (ERD)