By Budi Rahardjo
Jek masih kebingungan mengapa Sar tiba-tiba kabur. Apakah dia telah mengatakan sesuatu yang salah? Apakah ada sesuatu yang dilakukannya yang membuat Sar kesal? Atau malah sesuatu tidak dilakukannya? Sambil terus berpikir, Jek memandangi sandwich di tangannya. Apakah ada yang salah dengan sandwich pemberian Mira ini? Apa ya?
Tiba-tiba terbesit ide bahwa Sar tidak menyukai Jek makan sandwich pemberian Mira ini. Ah, tetapi kenapa? Apakah … ? Hmm… tapi tidak mungkin. Bukankah Sar itu sahabatnya? Mosok dia merasa cemburu? Ah, tidak mungkin. Tetapi untuk jaga-jaga saja, Jek membungkus kembali sandwich itu dan membuangnya ke tempat sampah. Dia bergegas mencari Sar.
Kemana perginya Sar? Jek memutuskan untuk mencari ke himpunan dahulu, baru akan mencari ke tempat parkir. Jek sampai ke himpunan tetapi Sar tidak ada di sana. Dalam perjalanan menuju tempat parkir, Jek melihat Sar dari kejauhan. Sar tidak sendirian. Dia sedang berbicara dengan Joko. Ada senyum – meskipun terlihat aneh – di bibir Sar. Jek kemudian berpikir bahwa ide yang tadi di kepalanya nampaknya bukan fakta.
Jek merasa kecut. Dia merasa menyesal telah membuang sandwich. Lunglai, Jek kembali ke kantin. Ada perasaan aneh berkecamuk. Tidak suka saja.
Mundur sejenak beberapa menit…
Sar masih terduduk di dalam mobilnya. Ada banyak hal yang berkecamuk di kepalanya. Tiba-tiba terlihat Joko berlalu. Timbul ide.
Sar keluar, melambaikan tangan kepada Joko. “Mas. Mas …” Joko menengok dan setelah yakin bahwa dia yang dimaksudkan oleh Sar, mendatangi Sar.
Sar: “Mas temennya Jek ya?”
Joko: “Iya. Oh, tadi kita ketemu di kantin ya?”
Sar: “Iya”
Sar mulai tersenyum nakal karena dia memiliki ide yang brilian.
Sar: “Eh, mas, tolong bilangin ke sepupunya. Eh, siapa tadi namanya? Mira ya?”
Joko mengangguk.
Sar: “Tolong bilangin ke Mira, jangan kirim-kirim makanan ke Jek”
Joko: “Lho memangnya kenapa?”
Sar: “Ceweknya Jek gak suka kalau Jek dikirim-kirimin makanan sama cewek lain.”
Joko: “Oh ya??? Baru tahu saya Jek punya cewek.”
Sar: “Iya. Dia nggak mau ngasih tahu orang aja. Jangan kasih tahu dia, aku yang cerita ya.”
Joko: “Oh. Oke.” (Joko menggaruk-garuk kepala, menebak-nebak mengapa Jek tidak mau cerita)
Sar: “Pokoknya jangan sampai Jek tahu soal ini ya, mas. Gitu aja ya mas. Saya tinggal dulu ya mas.”
Sambil tersenyum nakal, Sar meninggalkan Joko yang masih kebingunan. Sar menuju mobilnya dan beranjak meninggalkan kampus.
Sementara itu Jek uring-uringan dengan dirinya sendiri karena berpikiran yang tidak-tidak dan juga telah membuang sandwich yang baru mendapat beberapa gigitan. Sayang sekali. Dalam hati Jek berjanji untuk lebih percaya bahwa Sar adalah sahabatnya. Sampai ke kantin, Jek melirik sandwich di tempat sampah. Ada kucing yang mengincar sandwich yang sama. Lapar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar