Masalah kejiwaan Paranoid Personality Disorder
Gangguan kepribadian ini kalau dalam masyarakat sering dikenal dengan sebutan parno. Istilah ini tercetus bila kita melihat ada seseorang yang berasumsi aneh-aneh dan bersifat khayalan, seperti merasa dirinya orang besar atau terkenal dan merasa ada orang akan berbuat jahat padanya; atau berasumsi sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.
Menurut Wikipedia, paranoid (paranoia) didefinisikan sebagai proses pikiran yang terganggu yang cirinya adalah berupa kecemasan atau ketakutan yang berlebihan, sering sampai tidak rasional dan timbul delusi. Pemikiran paranoid biasanya disertai anggapan akan dianiaya oleh sesuatu yang mengancamnya. Dalam bahasa yunani asli, παράνοια (paranoia) berarti gila (para = di luar; nous = pikiran) dan, dalam sejarahnya, karakterisasi ini digunakan untuk menggambarkan semua keadaan delusi.. Sedang dalam kamus webster, paranoia didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional/logis. Jadi kesimpulannya, gangguan kepribadian paranoid adalah suatu kondisi yang ditandai oleh ketidakpercayaan dan kecurigaan yang berlebihan terhadap orang lain.
Individu dengan gangguan ini biasanya mencurigai, hypersensitive (terlalu sensitif), agak kaku, pencemburu dan argumentative (suka berdebat). Mereka meyakini bahwa orang lain secara kronis mencoba untuk menipu atau mencurangi mereka, atau memanfaatkan mereka secara terus-menerus. Orang yang ada kelompok ini cenderung untuk melihat diri sendiri sebagai yang baik, yang tidak memiliki cacat, dan jarang mampu melihat kekurangan dirinya (meskipun mereka tahu). Mereka sangat waspada dan mampu menunjukkan fakta-fakta dari kecurigaan mereka, karena mereka adalah pengamat yang cermat sampai memperhatikan detail-detail yang kebanyakan orang lewatkan. Bahayanya mereka selalu salah menafsirkan atau terlalu berlebihan dalam menafsirkan terhadap situasi-situasi yang mereka curigai. Contoh: seorang istri yang menginterpretasikan (menafsirkan) kegembiraan suaminya yang bercerita baru naik gaji sebagai bukti bahwa ada hubungan selingkuh dengan perempuan di tempat kerjanya.
Orang dengan gangguan kepribadian ini sering menolak untuk berargumentasi secara rasional melawan kecurigaan mereka dan sering menuduh orang yang mendebat mereka sebagai bagian dari persekongkolan untuk melawan mereka. Ada yang menjadi pendiam terhadap orang lain dalam usaha melindungi diri mereka sendiri, tetapi ada juga yang berlaku agresif dan arogan untuk menunjukan bahwa mereka adalah benar dan superior.
Dalam perkembangannya orang yang mengalami gangguan ini terbagi lagi dalam 2 kelompok:
1. Paranoid delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
· Waham Kejar, yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
· Waham Kebesaran, yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting.
· Waham Pengaruh, adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya.
2. Paranoid halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. Individu yang memiliki gangguan ini umumnya sulit untuk bergaul dengan orang lain dan sering mengalami masalah untuk memiliki hubungan dekat karena kecurigaan yang terlalu berlebihan sehingga sering menimbulkan permusuhan.Orang yang mengalami gangguan ini memiliki kebutuhan untuk memiliki tingkat kontrol yang tinggi atas orang-orang di sekitar mereka. Ada anggapan penyebab gangguan kepribadian ini disebabkan oleh:
- Respon pertahanan psikologis (mekanisme pertahanan diri) yang berlebihan terhadap berbagai stress atau konflik terhadap egonya dan biasanya sudah terbentuk sejak usia muda.
- Adanya perasaan self-worth (penghargaan diri) secara berlebih-lebihan
- Memiliki poor self-consep (konsep diri yang lemah/kurang) dan harapan bahwa orang lain akan mengkritisi dan menyalahkan mereka atas berbagai masalah
Ahli-ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-orang untuk menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut ke dalam diri orang lain (Freud 1958; Shapiro, 1965).
Ahli-ahli teori kognitif melihat gangguan ini sebagai hasil dari sebuah keyakinan yang mendasar bahwa orang lain sebagai orang yang berhati dengki dan memperdaya, dikombinasikan dengan kurangnya rasa percaya diri dalam mempertahankan diri menghadapi orang lain (Beck & Freeman, 1990; Colby, 1981). Tapi tak satupun baik teori psikoanalisa atau teori kognitif yang telah teruji secara empiris.
Umumnya para penderita gangguan ini tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya sehingga mereka merasa tidak perlu mendapatkan pertolongan.Orang yang menderita paranoia selalu terlihat mempunyai kecerdasan tinggi, ingatanya kuat, dan cocok dengan pemikirannya. awalya orang hanya menyangka bahwa ia memiliki kemampuan yang logis dan benar. tetapi pada hakikatnya ia mempunyai keyakinan yang salah dan perhatian serta perkataanya di kendalikan oleh keyakinan yang salah itu. Hanya beberapa saja dari penderita yang mau berobat atas kemauannya sendiri. Masalahnya mungkin karena gangguannya sudah akut, sering penderita yang sedang diobati tidak percaya dan menolak konselor/psikolog. Akhirnya mereka kembali pada cara hidup lamanya yaitu terlalu mencurigai. Jadi, segeralah cari pertolongan sebelum terlambat.
1. Gejala Paranoid.
Beberapa gejala yang ditunjukan dalam gangguan kepribadian paranoid antara lain adalah :
a. Kecurigaan yang sangat berlebihan.
b. Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
c. Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
d. Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
e. Isolasi sosial.
f. Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.
g. Sikap tidak terpengaruh.
h. Rasa permusuhan.
i. Secara terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan kerugian, cedera atau kelalaian.
j. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah dan balas menyerang.
k. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat untuk melawan dirinya.
l. Kurang memiliki rasa humor.
Mereka yang memiliki gangguan ini menunjukan kebutuhan yang tinggi terhadap mencukupi dirinya, terkesan kaku dan bahkan memberikan tuduhan kepada orang lain. Dikarenakan perilaku menghindar mereka terhadap kedekatan dengan orang lain menjadikan mereka terlihat sangat penuh perhitungan dalam bertindak dan juga berkesan dingin. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan gangguan ini ditemukan pada pria dibandingkan pada perempuan.
2. Penyebab.
Secara spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum diketahui, namun seringkali dalam suatu kasus muncul pada individu yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor genetik masih mempengaruhi. Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.
3. Penanggulangan/Treatment.
Perawatan untuk gangguan kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk mengendalikan paranoia (perasaan curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan selalu menjadi sulit dikarenakan penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada dokter atau terapis yang merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita akan menjadi lebih kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan utama dan juga perawatan yang berada di luar perawatan utama (suplement), seperti program untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah, membangun sikap jujur kepad diri sendiri, kesemuanya akan menyempurnakan dan membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan konsekuensi sosial terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti perpecahan keluarga, kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh si penderita.
a.Medikasi
Medikasi atau pengobatan untuk gangguan kepribadian paranoid secara umum tidaklah mendukung, kecenderungan yang timbul biasanya adalah meningkatnya rasa curiga dari pasien yang pada akhirnya melakukan penarikan diri dari terapi yang telah dijalani. Para ahli menunjuk pada bentuk perawatan yang lebih berfokus kepada kondisi spesifik dari gangguan tersebut seperti kecemasan dan juga delusi, dimana perasaan tersebut yang menjadi masalah utama perusak fungsi normal mental penderita. namun untuk penanggulangan secara cepat terhadap penderita yang membutuhkan penanganan gawat darurat maka penggunaan obat sangatlah membantu, seperti ketika penderita mulai kehilangan kendali dirinya seperti mengamuk dan menyerang orang lain.
b. Psikoterapi
Kesulitan yang dihadapi oleh terapist pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu PDD sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan.
Walau penderita gangguan kepribadian paranoid biasanya memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan perawatan, namun sering kali juga mereka sendiri juga lah yang menghentikan proses penyembuhan secara prematur ditengah jalan. Demikian juga dengan pembangunan rasa saling percaya yang dilakukan oleh sang terapis terhadap klien, dimana membutuhkan perhatian yang lebih, namun kemungkinan akan tetap rumit untuk dapat mengarahkan klien walaupun tahap membangun rasa kepercayaan telah terselesaikan.
Kemungkinan jangka panjang untuk penderita gangguan kepribadian paranoid bersifat kurang baik, kebanyakan yang terjadi terhadap penderita dikemudian hari adalah menetapnya sifat yang sudah ada sepanjang hidup mereka, namun dengan penanganan yang efektif serta bersifat konsisten maka kesembuhan bagi penderita jelas masih terbuka.
Metode pengembangan diri secara berkelompok dapat dilakukan kepada penderita walau memiliki kesulitan saat pelaksanaannya. Kecurigaan tingkat tinggi dan rasa tidak percaya pada penderita akan membuat kehadiran kelompok pendukung menjadi tidak berguna atau bahkan lebih parahnya dapat bersifat merusak bagi diri penderita.
Sumber Pustaka:
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/07/20/paranoid-personality-disorder-alias-parno/
http://ineznaricco.blogspot.com/2010/04/paranoid.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Paranoia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar